Ini Superband Versi Saya!

Banyak orang beranggapan bahwa kompleksitas teknik, kecepatan, kekayaan tempo, dan progresi akor adalah indikator kehebatan seorang musisi. Kalau itu indikatornya, orang-orang seperti Steve Vai (eks Alcatrazz, Whitesnake, dan David Lee Roth Band), Mike Mangini (eks Dream Theater dan Extreme), Jordan Rudess (Dream Theater), dan Billy Sheehan (Mr. Big, The Winery Dogs) akan sulit tergeser dari peta dewa-dewa instrumen musik dunia. Buat saya, ada hal-hal lain di luar itu yang harus dihitung. Saya mencoba mengutak-atik formasi band yang sengaja saya susun untuk melahirkan imajinasi liar terhadap sebuah warna musik yang unik, berbobot, dan juga menghibur. Kriteria yang saya buat adalah bahwa musisi-musisi tersebut:

  1. Menciptakan teknik, atau style, atau tren baru yang orisinal dan menjadi ciri khas masing-masing;
  2. Memiliki tingkat dominasi instrumen yang mereka mainkan dalam sebuah band;
  3. Menjadi ikon dan menginspirasi banyak musisi pada fase berikutnya.

Pertanyaannya: apakah mereka akan nge-blend jika disatukan dalam formulasi sebuah band? Ya, tidak tahu. Belum dicoba. Maka saya bilang, yang saya tulis ini adalah upaya untuk menggiring imajinasi para pembaca. Silakan dinilai sendiri:

Gitaris: Eddie Van Halen (Van Halen)

Gitaris Van Halen ini mempopulerkan teknik two-hand tapping, yang memungkinkan permainan gitar lebih cepat dan melodis, serta menjadi standar bagi banyak gitaris rock dan metal di era berikutnya. Permainannya sangat berkarakter, baik dari sisi sound, teknik, harmonisasi, maupun kemampuannya melahirkan banyak solo gitar yang ikonik. Tanpa Eddie, jelas Van Halen akan kehilangan “ruh”-nya. Salah satu yang paling terkenal adalah solo gitarnya pada lagu Beat It milik Michael Jackson.

Dalam siklus perkembangan gitar modern, menurut saya, revolusi teknik gitar rock khususnya melewati dua sosok penting: Jimi Hendrix dan Eddie Van Halen. Di level dunia, banyak gitaris yang terang-terangan mengakui bahwa gaya bermain mereka dipengaruhi sosok ini—seperti Nuno Bettencourt dari Extreme, atau di Indonesia Eet Syahranie dari Edane dan eks God Bless.

Drummer: Stewart Copeland (The Police)

Drummer The Police ini dikenal karena pendekatan drumming yang tidak konvensional, menggabungkan elemen reggae, punk, dan rock dengan teknik yang kompleks serta sinkopasi yang khas. Pola drumnya sering kali tidak mengikuti pola rock standar, melainkan menambahkan aksen yang tidak terduga.

Salah satu ciri khas permainannya adalah eksplorasi hi-hat, yang sering dimainkan dengan teknik ghost notes, pembukaan cepat, dan permainan kompleks yang menciptakan groove hidup dan energik.

Copeland juga menggunakan snare dengan tuning tinggi dan pukulan tajam, memberikan karakteristik suara yang unik. Pukulan snare-nya yang agresif menjadi elemen utama dalam sound The Police.

Secara keseluruhan, Stewart Copeland bukan hanya seorang drummer hebat, tetapi juga seorang inovator yang mengubah cara drumming rock dimainkan—mencampurkan berbagai elemen musik menjadi sesuatu yang segar dan ikonik.

Bassis: Flea (Red Hot Chili Peppers)

Posisi personel Red Hot Chili Peppers bisa berganti, tetapi tidak dengan Michael Peter Balzary, yang dikenal dengan nama Flea. Walaupun bukan yang pertama, Flea berhasil menghidupkan kembali teknik slap bass dalam musik rock dengan pendekatan yang agresif dan penuh energi, yang menjadi pembeda RHCP dengan band lainnya.

Flea menggabungkan elemen funk, punk, dan rock dalam permainannya, menciptakan groove yang unik dan eksplosif. Kombinasi ini menjadi fondasi sound khas RHCP dan membedakan mereka dari banyak grup rock lain. Bahkan, Flea sering menjadikan bass sebagai elemen utama dalam lagu. Contoh terbaik adalah bassline ikonik dalam lagu-lagu seperti Around the World, Give It Away, dan Aeroplane.

Selain permainan bass yang luar biasa, Flea juga dikenal karena aksi panggungnya yang liar dan penuh energi. Ini menambah daya tarik visual yang membuatnya semakin ikonik.

Banyak bassist modern, baik di ranah rock, metal, maupun funk, mengakui Flea sebagai salah satu inspirasi utama dalam mengeksplorasi teknik slap dan permainan bass yang ekspresif.

Dengan semua inovasi ini, Flea bukan hanya sekadar bassist RHCP, tetapi juga seorang pionir yang terus mendorong batas permainan bass di era modern.

Keyboardis: Nick Rhodes (Duran Duran)

Nick Rhodes memainkan peran besar dalam mendefinisikan sound new wave dan synth-pop di era 1980-an. Ia membawa pendekatan sinematik ke dalam penggunaan synthesizer, menciptakan tekstur suara yang kaya dan atmosferik—yang menjadi ciri khas Duran Duran.

Ia tidak sekadar memainkan keyboard sebagai pengiring, tetapi benar-benar menciptakan soundscape dengan berbagai efek dan aransemen inovatif. Lagu-lagu seperti Save A Prayer, The Reflex, dan Rio menunjukkan bagaimana ia memanfaatkan synthesizer untuk memberikan identitas sonik yang khas.

Selain bermain synth secara tradisional, ia juga memanfaatkan sampling dan berbagai efek digital untuk menciptakan suara yang lebih kompleks—sesuatu yang menjadi inspirasi bagi banyak produser musik modern.

Di luar urusan musik, estetika visualnya yang flamboyan dan futuristik menjadikannya ikon, tidak hanya dalam musik, tetapi juga dalam budaya pop dan fesyen.

Vokalis: Steven Tyler (Aerosmith)

Steven Tyler memiliki jangkauan vokal yang luas dengan kemampuan mencapai nada tinggi yang luar biasa. Suaranya bisa beralih dari nada kasar dan serak khas blues rock ke nada tinggi yang melengking dengan power luar biasa, seperti terdengar di lagu Dream On dan Crazy.

Salah satu ciri khasnya adalah teknik screaming yang unik dan penuh emosi, yang menjadi bagian integral dari gaya Aerosmith. Ia tidak hanya berteriak, tetapi melakukannya dengan kontrol vokal yang tetap musikal.

Sebagai frontman, Tyler dikenal dengan aksi panggungnya yang liar, penuh energi, dan interaksi yang intens dengan penonton. Gaya ini menjadikannya salah satu showman terbaik dalam sejarah rock.

Dengan gaya flamboyan, syal di mikrofon, dan ekspresi wajah yang khas, Tyler bukan hanya seorang penyanyi, tetapi juga ikon rock sejati yang memancarkan kepribadian eksentrik dan daya tarik yang unik.

Demikian versi saya. Bagaimana dengan versi kamu?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top