Chiimu tomodachi, chiimu tomodachi
Chiimu tomodachi, chiimu tomodachi
…
Penggalan hook dari lagu hip hop karya seorang rapper asal Jepang, Yuki Chiba bertitel “Team Tomodachi” viral di berbagai platform media sosial. Lagu yang dirilis pada awal Januari 2024 ini menjadi begitu popular dikalangan penggemar musik hip hop di Indonesia. Ramengvrl bersama 11 rapper ternama, seperti Saykoji, Laze, A. Nayaka, Baibos, Reza Arap Oktovian, dan lainnya me-remix lagu tersebut dalam versi Indonesia. Video yang diunggah Agustus lalu di kanal Youtube RAMENGVRL tersebut kini telah meraih 4 juta views.
“Team Tomodachi” sontak menjadi tren di berbagai daerah di Indonesia. Karya remix mengatasnamakan daerah masing-masing mulai bermunculan di media sosial, termasuk “Team Tomodachi” remix versi Kota Mataram. Video yang diberi judul “チーム友達 | TEAM TOMODACHI (MATARAM REMIX) 🇮🇩” ini menampilkan dua orang rapper bernama BAYWO dan G=Thunder ditemani oleh empat orang lainnya yang tengah vibe with the music berlatar sebuah barbershop di Kota Mataram.
SKENA HIP HOP DI LOMBOK KIWARI
Melansir dari lasingan.id, hip hop telah memasuki Lombok sejak awal 2000-an. Kemudian, pada tahun 2007, Alud mendirikan sebuah komunitas hip hop yang dikenal sebagai Lombok Hip Hop sebagai salah satu penanda gairah pergerakan skena hip hop di Lombok. Tim Konser Lombok berkesempatan untuk mewawancarai Alud dan Eggie Ross (Rapper Lombok) untuk membahas kondisi dan perkembangan skena hip hop di Lombok.
KOLOM: Bagaimana kondisi skena hip hop di Lombok saat ini?
ALUD: Sejauh pandangan saya sih, belom kek sampe yang tahap mencemaskan gitu loh. Emang kalau regenerasi masih agak kurang. Ada beberapa hal yang perlu kerja keras bersama temen-temen. Tapi, walau begitu temen-temen tetap bergerak dan membuktikan mereka tetap ada entah itu nongol di event, bikin gigs atau jamming session sendiri.
EGGIE: Kondisi skena hip hop saat ini kalo menurut saya pribadi ya, ada kemajuan yang dimana banyak rapper bermunculan, walaupun masih malu-malu dan belum bisa produktif. Tapi, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya saya rasa tahun ini better-lah.
KOLOM: Bagaimana posisi musik hip hop di antara ragam jenis musik yang ada di Lombok saat ini?
ALUD: Kita sih, saya terutama sama sekali ga ada kepikiran ya posisi-posisi ginian. Karena menurut saya dan saya yakin temen-temen saya akan mengamini, we doing this because we love. Itu aja sih. Yang laen mah bonus atau anggapan orang-orang aja. Mau dianggap sub kek, primer, sekunder. This is what we do. Ada quotes dari KRS- One. Rap is something you do, hip hop is something you live. Menurut saya, hip hop ga perlu mendominasi, tapi mewabah. Ga perlu kami posisi posisi, hip hop ini culture, budaya, pelaku budaya yang bener sih tujuannya melestarikan. Hehe masalah yang lain-lain belakangan.
EGGIE: Nah, untuk posisi rap di Lombok sendiri, kayaknya cukup terhimpit dengan musik lain. Entah karena minimnya pendengar rap di sini atau memang kita para rapper yang belum bisa menyajikan yang para pendengar mau. Dan perkembangan dari pendengarnya sendiri itu stuck di 10 tahun terakhir ini.
KOLOM: Apa saja yang menjadi keresahan para musisi hip hop di Lombok?
ALUD: Menurut saya yang signifikan dan spesifik ga ada sih. Mungkin karena lombok masi slow living kali ye. Jadi nyantai aja. Haha. Tapi, kalo beberapa yang kecil-kecil pasti ada sih, kek perlu pengakuan, kesel dengan kelakuan pelaku hip hop laen, masalah kehidupan masing-masing, sebenarnya mereka sebelum nulis [lagu, berasal dari] apa yang diliat aja sih. Kek gitu-gitu aja paling ya. Lumrah.
EGGIE: Keresahannya sih standar ya, kayak kurang kompaknya para pelaku hip hop di Lombok dan akhirnya ada yang berkubu. Banyak rapper baru, tapi ga suka dikasi masukan. Minimnya panggung dan juga apresiasi dari sekitar itu juga keresahan para rapper sekarang. Dan maaf, ini menurut saya ya dari sudut pandang saya.
KOLOM: Bagaimana para musisi menyalurkan keresahan tersebut?
ALUD: Biasanya anak-anak bakal berujung di karya, sambil ngebawain karya-karya tersebut di gigs atau event.
EGGIE: Lebih banyak ke arah karya sih, beberapa rapper yang saya kenal mereka bakal rilis album dan single buat keresahan tersebut. Dan juga minggu depan kalo ga salah, akan ada kolaborasi dari beberapa rapper West Nusa Rap.
DISS TRACK TEAM TOMODACHI MATARAM
Bicara soal keresahan dan cara musisi menyalurkan keresahan tersebut, baru-baru ini Video “チーム友達 | TEAM TOMODACHI (MATARAM REMIX) 🇮🇩” tadi menjadi perbincangan di kalangan rapper Mataram. Tepat satu minggu yang lalu, Firza Ali, bersama Eggie Ross dan Mothajoe beraksi dengan mengunggah konten video di Instagram mereka untuk men-diss Team Tomodachi Mataram Remix. Diss track ini bermula dari kekecewaan mereka lantaran penggarapan remix tersebut tidak melibatkan rapper-rapper Mataram lainnya. Selain itu, mereka juga menilai karya tomodachi Mataram masih buruk, baik dari segi lirik maupun penyampaiannya. Padahal, tren ini menjadi pertaruhan atas citra skena hip hop di Lombok, khususnya Kota Mataram di kancah nasional bahkan internasional.
“..Team Tomodachi Mataram ini kok agak lain, mereka bawa nama Mataram – “Tomodachi Mataram”, sedangkan di video itu hanya mereka berdua, bagaimana dengan rapper Mataram yang lainnya? Rapper yang lain ga di anggap gitu atau gimana? Dan juga mereka ga ada komunikasi ga ada sharing-sharing dulu kek gitu kan biar hasil lebih maksimal, karena yg mereka bawa kan nama Mataram. Tidak kompak dalam menggarap tren tomodachi layaknya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok hip hop di wilayah lain”, ujar Eggie Ross kepada Tim Konser Lombok.
Dramapun dimulai!

Diss track memang umum digunakan oleh para rapper untuk menyerang orang lain (biasanya sesama musisi) dengan menggunakan sebuah track atau lagu. Dalam diss track, musisi akan dengan sengaja meremehkan bahkan cenderung mengejek orang lain. Diss track sesungguhnya masih menjadi pro-kontra di kalangan rapper Indonesia. Budaya ketimuran yang menjunjung tata krama dapat bertumbukan dengan muatan-muatan diss track yang dilontarkan. Akan tetapi, bukan berarti rapper Indonesia tidak pernah men-diss satu sama lain. Whiteboard Journal pernah menghimpun opini-opini beberapa rapper kenamaan Indonesia untuk menanggapi fenomena balas membalas disstrack antara Ben Utomo, Xhaqala, dan Saykoji sekitar lima tahun yang lalu. Bagaimana dengan diss yang dilakukan oleh Firza Ali, Eggie Ross, dan Mothajoe? Mari kita simak baris-baris nyelekit dari diss Tomodachi Mataram.
Karyamu bagus
Tapi lebih bagus diam
Mending fokus reaction
Atau buat konten binal
Firza Ali
Perbaiki dulu itu flow
Jangan asal ngebut
Lirik masih kumur kumur
Cuma asal sebut
Mothajoe
Dengan lirik bualanmmu
Gaya yang dipaksa trendi
Muka kampung
Gimanapun tetap aja
Macam meki
Eggie Ross
Apakah BAYWO dan G=Thunder punya nyali besar untuk membalas diss track tersebut? Mari kita nantikan bersama-sama.
(PP)
Mending dua homo ngerep
Klo emg kgk bisa ngerap
Lirikmu bagai tai
Bisa ngerap gk sih
Setuju si sama yang di lakukan eggie ross, firza ali, dan math joe, karna ya memang yang namanya membawa domisili itu berat tanggungannya semakin besar daerah domisili yang di bawa maka semakin besar pengaruh terhadap pandangan seseorang terhadap domisili yang di bawa, misalnya dalam kasus ini, orang akan ber asumsi emang ada 2 rapper ya di mataram, belum lagi kualitas lagu, dari penulisan flow dan ll tentu perlu usaha yang besar jika membawa nama yang besar, jadiin pelajaran dah ga usah bawa gengsi atau ego sendiri semangat everybody, terakhir makasi min udah angkat berita ini🙌