Mataram, 6 Juni 2025 — Unit hardcore asal Lombok, Shinigami, resmi merilis album penuh bertajuk Break Da Line. Album ini menjadi tonggak penting dalam eksplorasi mereka, tidak hanya secara musikal, tetapi juga dalam memperluas definisi Hardcore sebagai sikap, bukan sekadar genre.
Dirilis secara independen pada tanggal 6 Juni 2025, Break Da Line memuat sembilan trek: S.O.S, 99% Mataram Shit, Spit On Your Face, Hardway, Check It Out, Burning Sparkle, Shoot It Down, Get Thing, dan ditutup dengan Pesona Tangan Besi. Album ini dikerjakan secara kolektif tanpa produser tunggal, menjadikannya karya komunal yang sarat kolaborasi lintas disiplin.

Hardcore Sebagai Sikap
Meski mengusung label Hardcore, Break Da Line memperlihatkan kecenderungan yang berbeda dari rilisan sebelumnya. Elemen musik keras itu kini berpadu dengan berbagai pengaruh baru, termasuk beat eksperimental dari John Gennas, denting instrumen tradisional oleh Cilokaq Gambrah, serta narasi puitik dari penyair Gilang Sakti Ramadhan. Perpaduan ini menegaskan bahwa bagi Shinigami, Hardcore adalah tentang perlawanan, bukan hanya sekedar formula musikal.
“Dalam album ini, kami menyuarakan kegelisahan kolektif masyarakat urban. Lirik-liriknya keras, tapi bukan sekadar marah. Kami ingin menyampaikan sesuatu yang terasa, bukan hanya terdengar,” ungkap Tobil, vokalis sekaligus penulis lirik Shinigami.
Bahasa, Rima, dan Representasi Lokal
Lirik-lirik Break Da Line ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Pilihan ini bukan hanya soal jangkauan, tetapi juga strategi rima dan nuansa. Menurut Shinigami, rima yang kuat membuat pesan lebih menghunjam. Selain itu, trek seperti “99% Mataram Shit” menjadi representasi langsung dari konteks lokal yang jarang diangkat dalam lanskap musik keras nasional.

Langkah Berikutnya: Tur Jawa
Pasca perilisan, Shinigami akan menggelar tur bertajuk Break Da Line Java Tour 2025 ke enam kota besar: Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Sidoarjo, dan Malang. Tur ini bukan sekadar ajang promosi, tetapi upaya membangun ekosistem Hardcore yang lebih solid dan berdaya.
“Hardcore bukan hanya musik. Ini soal sikap, soal menolak tunduk. Tur ini bagian dari gerakan itu,” ujar Tatak, basis Shinigami.
Dengan semangat DIY, pendekatan kolaboratif, dan semangat perlawanan yang konsisten, Break Da Line menjadi lebih dari sekadar album—ia adalah manifesto musikal generasi baru Hardcore Indonesia yang berani berdialog dengan akar dan zaman.