Ahmad Dhani: Musisi Jenius yang Sebaiknya Cukup Jadi Musisi Saja

Tahun 1992, Dewa 19 mengeluarkan debut album pertama mereka dengan hits sepanjang masa berjudul Kangen. Saat itu, album ini mampu mencuri perhatian para penggemar musik Tanah Air hingga mengantarkan mereka pada album-album berikutnya, seperti Terbaik-Terbaik, Pandawa Lima, hingga album-album yang terjual berjuta-juta kopi, seperti Bintang Lima, Laskar Cinta, dan Republik Cinta. Perubahan formasi vokal dari Ari Lasso ke Once Mekel serta masuknya drummer teknikal, Tyo Nugros, membawa grup ini keluar dari identitas pop menjadi rock yang lebih bertenaga. Lirik-lirik dengan pilihan diksi yang lebih matang dan kontemplatif, musik yang lebih dewasa, komposisi yang lebih berkarakter, serta eksplorasi sound yang jauh lebih baik adalah bukti perkembangan mereka. Dhani adalah mastermind di balik semua pencapaian Dewa 19 tersebut.

Dhani juga banyak mencetak musisi-musisi papan atas dengan dirinya sebagai pencipta dan komposer sekaligus. Artis-artis binaannya cukup banyak, di antaranya Ahmad Band, The Rock, Dewi-Dewi, The Virgin, Tere, Reza, dan Mahadewa. Terakhir, berbagai konser besar Dewa 19 feat. musisi-musisi dunia semakin mengokohkan posisi mereka sebagai salah satu band legendaris Indonesia dengan pengaruh dan basis penggemar yang besar.

Dhani memang hebat. Sebagaimana banyak musisi jenius lainnya, kepercayaan dirinya yang besar membuat kita sering kali harus memaklumi saat ia berbicara tentang hal-hal di luar konteks musik. Sebagai analogi, dalam konteks over self-confidence ini, John Lennon pernah menyatakan bahwa The Beatles lebih besar dari Yesus Kristus. Banyak musisi pada fase puncak musikalitasnya menekuni hal-hal baru yang tidak ada relevansinya dengan dunia musik. Sting, misalnya, memilih menjadi aktivis lingkungan dan hak asasi manusia. Zack de la Rocha dari Rage Against the Machine bahkan menjadi aktivis pendukung kemerdekaan Palestina dan bergabung dengan Zapatista, sebuah kelompok revolusioner bersenjata yang bermarkas di Chiapas, Meksiko. Yang paling memorable adalah Live Aid tahun 1985, di mana puluhan musisi top dunia berkumpul dalam konser amal untuk membantu mengatasi kelaparan di Afrika.

Dhani, dalam fase puncak bermusiknya, juga membutuhkan pencapaian-pencapaian baru. Pilihan yang ia ambil kemudian adalah dunia politik—suatu pilihan yang sebenarnya tidak lazim bagi musisi-musisi top di luar negeri. Dimulai dengan sikapnya yang berseberangan dengan Presiden Jokowi, ia kemudian sempat tersandung kasus hukum akibat pernyataan “idiot” yang ia lontarkan kepada para pendukung Jokowi, serta persoalannya dengan Banser, di mana ia sendiri pernah menjadi bagian dari organisasi tersebut.

Pada fase ini, kematangan berpolitiknya sedang diuji. Sayangnya, seperti banyak artis lainnya, ia belum berhasil memahami dan menjiwai sepenuhnya peran seorang legislator. Ternyata, gagasan-gagasan kebangsaan tidak cukup hanya lahir dari panggung dan dapur rekaman. Kapasitas sebagian besar artis yang menyeberang menjadi politisi dan berhasil menjadi legislator membuktikan bahwa politik bukanlah tempat yang mudah diadaptasi. Komeng, Denny Cagur, dan Uya Kuya, misalnya. Bagaimana menjelaskan kepada mereka bahwa kesadaran akan kapasitas diri itu penting?

Begitulah. Ternyata demokrasi adalah ujung kebuntuan dalam menemukan formulasi bernegara yang baik. Kapasitas sering kali dikalahkan oleh popularitas dan isi tas. Tidak ada jaminan kualitas, sebab suara seorang profesor lulusan Harvard tetap setara nilainya dengan suara seorang pencopet di Tanah Abang.

Akhir-akhir ini, kegaduhan di dunia industri musik terkait royalti mencuat setelah kasus hukum yang melibatkan Ari Bias dan Agnez Mo. Kasus ini semakin membesar ketika Dhani dan Piyu membela Ari Bias sebagai komposer dan menggabungkan diri dalam Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI). Di sisi lain, kubu yang tidak sependapat dengan Dhani mendirikan VISI (Vibrasi Suara Indonesia). Hingga kini, perbedaan mereka semakin tajam, alih-alih mencari titik temu.

Sebelum persoalan royalti yang melibatkan Agnez Mo, Dhani juga sudah banyak mengkritik penggunaan karya-karyanya oleh Once Mekel, mantan rekannya di Dewa 19. Persoalan ini bertahan lama di ruang publik, sehingga dalam konteks kasus hukum yang dihadapi Agnez Mo, Dhani tentu merasa memiliki irisan persoalan yang sama dalam perseteruannya dengan Once Mekel.

Saya tidak akan masuk dalam perdebatan hukum, sementara mereka yang lebih paham saja belum bisa menyepakati hal ini dengan baik. Kurang apa di sana? Ada Chandra Darusman dan Dr. Kadri Muhammad. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa saya menyayangkan pilihan Dhani dalam menggiring opini di media sosial setiap hari dengan narasi yang terlalu personal dan terbuka. Itu sangat tidak pantas. Sebagai legislator, Dhani justru menyimpang dari tugasnya dengan memilih berpihak secara terbuka. Ia malah melibatkan preferensi pribadinya dalam kasus ini, di mana ia diuntungkan karena posisinya sebagai legislator. Jika Dhani sadar akan tanggung jawab politiknya, mestinya ia tidak berlaku demikian. Sebaliknya, ini bisa menjadi momentum baginya untuk menunjukkan kompetensinya dengan cara yang lebih elegan, seperti mengundang semua pihak yang berkonflik dan berbicara baik-baik. Sebagai wakil rakyat, Dhani seharusnya berada di posisi netral, bukan malah ikut terlibat sebagai pihak yang berpihak. Agnez Mo juga adalah bagian dari rakyat yang seharusnya ia wakili!

Saat ini, pihak-pihak yang tidak sejalan dengannya satu per satu ia serang secara personal, seolah-olah hanya ia yang memiliki otoritas kebenaran dalam perdebatan ini. Dhani semestinya tidak terpancing untuk membebani memori publik dengan drama konflik yang tidak bermanfaat. Akan jauh lebih baik jika ia mengambil peran sebagai wasit dengan mengabaikan perspektif pribadinya. Semakin cepat persoalan ini selesai, semakin cepat pula para musisi dapat kembali fokus pada tanggung jawab profesinya: menghasilkan karya yang baik dan menggelar konser yang menghibur. Itu jauh lebih dinantikan publik.

Soal royalti, ada hal yang perlu saya sampaikan. Minimnya royalti yang diterima musisi Tanah Air salah satunya disebabkan oleh akses pengkarya terhadap lembaga pengelola royalti internasional yang belum sepenuhnya terkoneksi. Ditambah lagi, rendahnya kesadaran akan hak cipta menyebabkan pencatatan klaim publisher sering dibajak oleh pihak yang ingin mengambil keuntungan sepihak. Ke depannya, rasanya tidak perlu lagi ada LMKN jika dua hal mendasar ini bisa diselesaikan oleh pengelola yang lebih transparan dan akuntabel. Lembaga-lembaga yang memiliki irisan dengan pemerintah sering kali hanya menjadi subordinat kekuasaan, lebih sibuk mengurus konflik internal ketimbang kewajiban mereka kepada para pengkarya. Namun, soal ini akan saya bahas lebih luas di waktu yang tepat.

Terakhir, sebagai penggemar Timnas sepak bola, saya merasa risih dengan pernyataan Dhani (yang ia klaim sebagai out of the box) dalam rapat dengan Ketua Umum PSSI. Forum terhormat seperti itu rasanya tidak pantas diisi dengan pernyataan dangkal soal sepak bola. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya Dhani cari, tapi yang pasti, sangat tidak penting bagi seorang Ahmad Dhani untuk membuat sensasi murahan seperti itu. Ia sudah menjadi legenda hidup di dunia musik Indonesia. Saat ini, kewajiban utamanya adalah berbicara dan memperjuangkan dunia musik Indonesia agar lebih baik dengan cara yang adil: menghentikan konflik dan fokus pada bidang yang paling ia pahami—musik. Semoga ini menjadi periode terakhir Ahmad Dhani dalam dunia yang, sejujurnya, tidak cocok baginya. Ia dilahirkan untuk menjadi musisi, bukan politisi.

4 komentar untuk “Ahmad Dhani: Musisi Jenius yang Sebaiknya Cukup Jadi Musisi Saja”

    1. Sebagai produk industri, saya pikir Dani sudah melakukan penghitungan yang tepat. Bicara selera, subyektifitas memang ga bisa diperbandingkan. Terimakasih atensinya 🙏

  1. Kaaaaang…kalimatmu bernas dan mengena sekena kenanya!!! Bahasamu mewakili banget…tapi aku gak pandai mengurai bahasa seindah tulisanmu…kamu udh cocok gantiin almarhum Bens Leo kang!! Sumpah!!! Tulisanmu keren sekeren kerennya 👍👍👍👍

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top