Pulau Lombok semakin sering menjadi tuan rumah konser musik berbagai genre, dari yang populer hingga segmented seperti metal hardcore. Selain menjadi hiburan, konser-konser ini berperan penting dalam memetakan preferensi musik masyarakat lokal. Salah satu acara yang berhasil mencuri perhatian adalah Distoreastland, sebuah event yang tidak hanya menjadi ajang berkumpulnya komunitas musik metal hardcore, tetapi juga langkah strategis untuk memperkenalkan Lombok sebagai destinasi konser potensial.
Lombok, Destinasi Baru untuk Konser Musik
Dengan pertumbuhan yang pesat, Lombok memiliki peluang besar menjadi pilihan lokasi konser bagi musisi nasional maupun internasional. Antusiasme penonton di berbagai acara, termasuk Distoreastland, membuktikan bahwa pulau ini memiliki komunitas musik yang kuat dan audiens yang bersemangat.
Distoreastland sendiri lahir dari keresahan para musisi lokal yang sulit menemukan audiens. Dian, salah satu penyelenggara, bersama rekannya Ali (Lock Block), Alan (Cranial Disorder), dan Fay (Better Than Us), menciptakan acara ini sebagai wadah bagi komunitas musik metal di Lombok. “Berawal dari keresahan kita untuk cari pendengar sebenarnya,” ungkap Dian.
Awal Perjalanan Distoreastland
Acara pertama Distoreastland digelar di Labuan Haji, Lombok Timur, dengan skala kecil. Hanya empat band tampil di venue yang mampu menampung 200 penonton. Meski sederhana, acara ini menjadi langkah awal penting untuk mengembangkan konsep yang lebih besar.
Pada edisi kedua, Distoreastland #2, skala acara diperbesar dengan menghadirkan sepuluh band, termasuk nama besar di skena metal seperti Altar, Faceblood, Humness, KillaPhaleria, Lock Block, Lordline, Roll with The Punch, Cranial Disorder, dan Rossen Muller. Venue di Aerotel Praya, Lombok Tengah, dipilih untuk memberikan pengalaman maksimal bagi audiens dan musisi.
Atmosfer Acara dan Antusiasme Penonton
Sejak pukul 15.00 WITA, Aerotel Praya mulai dipadati penonton dari berbagai daerah di Lombok. Dengan tiket seharga Rp30.000, acara ini menarik massa yang ramai. Penonton tidak hanya menikmati musik, tetapi juga memanfaatkan konser ini sebagai ajang ekspresi diri dengan penampilan yang khas tema metal hardcore.
Ade, salah satu penonton, tampil mencuri perhatian dengan jubah hitamnya. Ia mengungkapkan antusiasmenya untuk menonton Rossen Muller untuk kedua kalinya. “Ini datang sama teman-teman dari jam tiga sore. Mau nonton Rossen Muller. Ini udah yang kedua kalinya nonton mereka,” ujarnya.
Perjalanan Acara dan Keamanan
Acara dimulai pukul 17.00 WITA dengan penampilan pembuka dari Altar, band asal Praya yang dipimpin vokalis wanita, Baiq Wieka. Penampilan mereka disambut dengan aksi moshpit dan teriakan penonton yang mengikuti kemeriahan musik.
Untuk memastikan kelancaran acara, penyelenggara bekerja sama dengan Badan Keamanan Kelurahan (BKK) Prapen yang menurunkan tujuh personel. Budien, salah satu personel BKK, mengapresiasi acara ini meski menyarankan peningkatan jumlah personel di masa depan.
“Seharusnya lebih banyak personel kalau melihat ramai begini. Barangkali cari tempat yang lebih luas kalau penontonnya banyak seperti ini,” ujar Budien.
Kendala dan Evaluasi
Hingga pukul 19.15 WITA, penonton terus berdatangan memenuhi venue. Namun, acara harus dihentikan lebih awal akibat teguran dari pihak keamanan setempat karena perizinan yang tidak dilakukan secara tertulis. Hal ini menyebabkan band terakhir, Rossen Muller, tidak sempat tampil, menimbulkan kekecewaan bagi banyak penonton.
Titan, salah satu personel Rossen Muller, memberikan masukan kepada penyelenggara. “Cukup surprise. Untuk teman-teman organizer, Distoreastland, harapannya bisa lebih diefektifkan di acara ke depannya. Dan pasti juga Rossen Muller bakal tampil lagi kalau memang dikasih kesempatan,” ungkapnya.
Potensi Masa Depan
Distoreastland #2 membuktikan bahwa Lombok memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu destinasi konser musik di Indonesia. Antusiasme penonton memberikan sinyal kuat bahwa komunitas musik lokal siap menyambut kehadiran musisi nasional maupun internasional.
Meski diwarnai kendala, acara ini tetap menjadi tonggak penting dalam perkembangan event musik di Lombok. Dengan persiapan lebih matang, Lombok dapat terus berkembang sebagai pusat kegiatan musik yang inklusif dan mendunia.
oleh: (Ibar Daiwani)
Semoga acara seperti ini bisa membuat anak anak muda atau yang sudah ber umur khususnya pecinta musik keras bisa menikmati dan menjadi ajang silaturahmi. Dan semoga kedepannya bisa ada lagi, Sukses