oleh: Ari Garmono
Hingga tulisan ini dibuat, dua lagu milik Bernadya berhasil masuk dalam jajaran Top Ten tangga lagu Indonesia versi Spotify. Selain itu, lagu-lagu milik penyanyi muda ini juga sering muncul dalam shorts, reels, dan menjadi backsound dalam berbagai konten media sosial. Tahun sebelumnya, fenomena serupa dialami oleh lagu Komang milik Raim Laode. Kesamaan dari kedua lagu tersebut adalah lirik, musik, dan nuansa yang sangat dekat dengan selera anak muda Indonesia. Namun, di tengah era globalisasi musik tanpa batas, keduanya belum terdengar mampu menaklukkan pasar global.
Di sisi lain, ada musisi-musisi Tanah Air yang justru lebih diapresiasi di luar negeri ketimbang di dalam negeri. Mereka mengusung pendekatan dengan menyajikan musik berstandar global. Beberapa nama yang bisa disebut adalah VoB dan Speaker First, sementara di masa lalu ada Nosferatu dan The S.I.G.I.T. Menariknya, band-band tersebut mengusung genre musik keras, mulai dari rock ‘n roll hingga thrash metal. Meski demikian, mereka tetap memiliki pasar tersendiri di Indonesia, meskipun terbatas pada gigs yang lebih tersegmentasi.
Kesadaran akan pasar ini adalah konsekuensi yang dipahami oleh banyak band yang memainkan musik “tidak akrab” di telinga kebanyakan pendengar Melayu. Mereka tidak sekadar memainkan musik keras, tetapi juga tampil dengan dedikasi, konsep, dan keterampilan tinggi. Salah satu band yang menarik perhatian saat ini adalah Shinigami.
Band asal Lombok ini memainkan musik yang seakan menyerang neuron pemberontakan dalam otak manusia. Beat cepat, riff gitar yang kasar, durasi lagu yang pendek, serta minimnya interlude menjadi ciri khas utama karya mereka. Lagu terbaru mereka, Burning Sparkle, mengingatkan saya pada band Anthrax dan Suicidal Tendencies—dua band yang saya anggap sebagai pelopor hip-metal sebelum genre tersebut populer lewat nama-nama seperti Limp Bizkit, Kid Rock, atau Linkin Park.
Gaya vokal dalam lagu ini mengusung nuansa hip-hop dengan sentuhan musik metal yang berat dan cepat, sebagaimana karakteristik utama hip-metal. Thobil sang vocalis, bernyanyi dengan gagah, jelas dan pantas di lagu berlirik Inggris ini. Menjauhkan dari kekhawatiran suara berlidah melayu dalam membawakan lagu yang sewajibnya berlogat bule ini.
Lagu penuh energi semacam ini memiliki tantangan besar, baik dari segi tempo maupun stamina. Namun, dalam beberapa penampilan langsung (gigs), Shinigami membuktikan kualitas mereka dengan eksekusi yang mulus. Hal ini menjadi bukti bahwa musikalitas para personelnya sudah sangat mumpuni.
Single Burning Sparkle ini dirancang untuk menjadi bagian dari album debut mereka, yang merupakan lanjutan dari EP sebelumnya bertajuk Program Kerja. Dari lima lagu di album tersebut, Bastard menonjol karena teknik growl yang digunakan, memberikan tekanan berat sekaligus nuansa grindcore yang lebih kental.
Karya-karya Shinigami memiliki identitas yang jelas. Setiap instrumen dalam lagu mereka adalah manifestasi dari kesepahaman visi bermusik dari para personelnya. Tidak banyak catatan kritik intrinsik yang bisa diberikan, selain satu hal: semoga proses pasca-rekaman (post-recording) seperti mixing dapat lebih diperhatikan. Musik seperti ini membutuhkan kalibrasi yang presisi dalam proses mixing untuk kualitas audio yang lebih baik..
Sebagai penutup, Shinigami adalah band dengan semangat lokal dan pola pikir global. Band yang bernyali!
Terimakasih konser lombok 🙏