Lombok, 9 Agustus 2025 — “Gila! Pecah lagi!” seru seorang penonton sambil menjabat tangan Chole, ketua penyelenggara Kolosal 2025, malam itu di Teater Arena, Taman Budaya NTB. Gelaran yang digelar untuk kedua kalinya oleh Konser Lombok ini membuktikan bahwa semangat kolektif dan kreativitas di Lombok tak pernah surut. Hampir tanpa cela, rangkaian acara berjalan mulus hingga larut malam, meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir.
Kolosal 2025 dibuka pukul 16.30 WITA dengan sebuah diskusi bertema “Strategi Pengembangan Industri Kreatif di Nusa Tenggara Barat”. Sesi ini menghadirkan Hendro Sugito dari Asosiasi Pengusaha Penyelenggara Kegiatan (ASPPEK), dimoderatori Gilang Sakti R. dari kalangan pelaku media. Diskusi tersebut menjadi ruang edukasi berharga bagi para penonton yang datang lebih awal, menyajikan wawasan strategis bagi perkembangan industri kreatif lokal.

Seiring senja, area tenant UMKM mulai bergeliat. Stan-stan yang diisi merchandise band, karya visual kustom, kuliner, hingga pameran reptil dari komunitas reptil menjadi magnet pengunjung. Nuansa bazar ini membuat Kolosal terasa hidup sebagai pertemuan antarpegiat musik dan kreativitas Lombok.

Selepas magrib, panggung musik dibuka oleh Perase, band reggae dari Lombok Tengah, yang langsung menggoyang arena. The Labman menyusul dengan distorsi retro rock yang memanaskan suasana. Setelah itu, atmosfer bergeser lebih teduh ketika Isvara — band dengan personel perempuan bertalenta — kembali ke panggung setelah hiatus dua tahun, membius penonton dengan aransemen jazzy mereka.

Namun jeda itu tak lama. The Gokil Boys dari Lombok Timur menghadirkan kombinasi musik dan komedi yang memancing gelak tawa penonton. Euforia terus berlanjut lewat Albert in Space, yang memadukan lirik reflektif dengan energi rock eksplosif. Malam mencapai puncak saat Tanaman Kaktus membawakan deretan lagu new wave ska, mengundang skankin dancing massal, ditambah kejutan kolaborasi bersama Yuga Anggana dan rapper Eggie Ross.
Satu-satunya catatan adalah absennya band Void karena kondisi kesehatan salah satu personel, namun hal ini tak mengurangi kemegahan acara. Kolosal 2025 ditutup pukul 23.00 WITA, dengan senyum puas dan jabatan tangan yang hangat antara penonton dan panitia.

Chole, sang nakhoda acara, mengaku bangga dengan progres penyelenggaraan kali ini. “Ini Kolosal kedua, dan kemeriahan serta pengelolaannya terasa naik level. Dukungan teman-teman kolektif dan pelaku media sangat luar biasa,” ujarnya.
Kolosal 2025 tak hanya milik Konser Lombok sebagai penggagas, tapi juga buah kerja bersama para pendukung: Kings Maker, Pepadu Badjang, Taman Budaya NTB, Giga, Barline Audio, Bale Cetak, Backstager, dan berbagai komunitas lainnya. Kehadiran media partner seperti Inside Lombok, Mnow, Harian Musik Lombok, Noise Tenggara, Dinamika Kolektif, Event Lombok, dan lainnya semakin memperluas gaungnya.
Di bawah payung tema “Raga, Ragi, Ragam”, Kolosal 2025 memaknai tubuh sebagai medium ekspresi, fermentasi ide sebagai pemicu kreativitas, dan keberagaman sebagai kekayaan skena musik Lombok. Sebuah perayaan yang bukan hanya untuk penonton, tetapi untuk seluruh ekosistem musik yang terus bergerak bersama.

seluruh foto: Doc.Konserlombok/ @normanhaekal